Kecerdasan iman
tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “iman”. Kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah
yang menuntut kemampuan fikiran. Sedangkan iman merupakan dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti
bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita. Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita
Jadi
berdasarkan arti dari dua kata tersebut dapat didefinisikan kecerdasan iman
yaitu kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan
menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar
dan sesama makhluk hidup, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan
hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang
hakiki.
Bila kecerdasan
iman diartikan sebagai rajin beribadah, maka Anda keliru. Kecerdasan
iman/spiritual adalah kemampuan seseorang memberi makna pada kehidupan. Ketika
seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ nya berhasil mendaki kesuksesan, acapkali
ia disergap oleh perasaan kosong dan hampa dalam celah batin kehidupannya.
Setelah prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan kebendaan telah
diraih, setelah uang dari hasil jerih usaha berada dalam genggaman, ia tak lagi
tau kemana harus melangkah. Untuk tujuan apa prestasi itu diraihnya? Hingga
hampir-hampir ia diperbudak uang serta waktu tanpa tahu dan mengerti dimana dia
harus berpijak. Diposisi inilah Kecerdasan Iman (Spiritual/ESQ) tampil menjawab
permasalahan tersebut. Kecerdasan iman sebagai sebuah metode dan konsep yang
jelas dan pasti adalah jawaban dari kekosongan batin sang jiwa. Ia adalah
konsep universal yang mampu mengantarakan seseorang pada predikat memuaskan
bagi dirinya sendiri juga bagi sesamanya. Kecerdasan iman pula yang dapat
menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat manusia.
Seseorang haruslah memiliki prinsip hidup dan karakter manusia yang
mendasar dengan pancaran rukun iman, rukun islam, dan ihsan sehingga diharapkan
mampu menciptakan kecerdasan iman / spiritual sekaligus langkah pelatihan yang
sistematis dan jelas. prinsip hidup dan karakter manusia yang demikian sangat
mudah diingat dan diajarkan, karena merupakan kebiasaan sehari-hari yang belum
serius digali. Dan pada
akhirnya melalui usaha yang terus menerus, maka terbentuklah pemahaman visi,
sikap terbuka, integritas, konsisten, dan sifat kreatif yang didasari atas
kesadaran diri yang sesuai dengan suara hati terdalam, yang pada akhirnya akan
menjadikan islam tidak sebatas agama ritual namun juga sebagai “The
Way of Life”.
Mempelajari kecerdasan iman tidak bisa begitu saja lewat buku, karena hasilnya
hanyalah pemahaman kecerdasan iman lewat logika, apalagi kalau membacanya
sambil stress. Akan lebih efektif jika menggunakan brainwavetechnology yaitu
dengan mendengarkan CD music yang berfungsi menarik gelombang otak ke
Alfa-Theta selama 20 menit pada pagi dan petang hari.
Kita juga bisa melatih kecerdasan iman lewat puasa dengan syarat puasa tersebut
dijalankan dengan benar. Karena puasa bisa menurunkan gelombang otak dari Beta
ke Alfa-Theta sehingga membuat orang lebih sabar dan memunculkan keinginan
untuk selalu berbuat baik. Kalau itu berlanjut hingga 10 hari, maka otaknya
akan stabil beroprasi di Alfa-Theta. Kalau hal itu bisa berlanjut hingga 20
hari, maka hormon-hormon yang baik dan menenangkan akan diproduksi oleh tubuh.
Saat itu dia akan melihat hidup ini dengan cara lain, menjadi mudah bersyukur,
mudah merasa terharu.
Memunculkan perasaan mudah bersyukur itu penting sekali karena rasa syukur bisa
diartikan sebagai kemampuan menikmati hidup ini apapun kondisinya, sehingga
susah ataupun senang rasanya tetap nikmat. Rasa syukur yang benar, dalam arti
betul-betul menghayati nikmatnya hidup, juga sangat membantu memunculkan
kecerdasan iman.
Langkah-langkah
yang lebih kontinu dalam membangiun kecerdasan iman yang pertama dengan
Penetapan misi. Kita harus menetapkan misi kehidupan kita, membulatkan tekad
hanya untuk bersujud kepada Allah, menyerap dan mengingat sifat-sifat Allah
yang luhur, menerapkan sifat-sifat mulia tersebut dalam keseharian, dan
menanamkan komitmen untuk hanya mengabdi kepada Allah.
Yang kedua
Pembangunan karakter. Pembangunan karakter ini dilakukan dengan sholat yang
setiap hari kita lakukan. Dengan pelaksanaan sholat yang rutin, diharapkan kita
akan mampu meningkatkan kesadaran kita untuk mengikuti suara hati kita, untuk
membangun sifat-sifat yang luhur, dan menjaganya agar tidak mudah kembali ke
sifat-sifat lama yang kurang baik.
Yang ketiga
Pengendalian diri. Pengendalian diri dapat kita latih dengan menjalankan puasa
ramadhan dan puasa-puasa sunnah. Dengan menjalankan puasa secara kontinu ini,
diharapkan kita akan mampu melatih emosi dan mental kita agar dapat menjadi
manusia yang berhati emas, bermental baja dan berfisik besi.
Yang terakhir
yaitu Mengerti dan paham cara menimbulkan ketangguhan social dalam diri kita.
Mengerti dan paham bagaimana cara untuk menimbulkan ketangguhan sosial dalam
diri kita dengan cara zakat dan haji. Dengan zakat, kita diharapkan memiliki
jiwa yang kooperatif, empati, keterbukaan, dan kompromi. Dan dengan haji, kita diharapkan
memiliki komitmen dan integritas yang tinggi, jiwa berjuang, sinergi, evaluasi,
dan visualisasi. Hasilnya adalah suatu paradigma kuat atau bangunan mental yang
terpatri kokoh dalam hati yang terdalam tentang makna kehidupan yang sebenarnya.
Dalam membangun
kecerdasan iman itu sendiri, maka kita harus memiliki prinsip hidup tauhid yang
kokoh, kepercayaan yang teguh, jiwa kepemimpinan yang agung, jiwa pembelajar
yang tidak kenal henti, visi dan orientasi kepada masa depan dan selalu
berorientasi manajemen yang teratur, disiplin, sistematis, integrative dan
ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar