Rembulan
di celah langit,
kaukah
yg melukisnya di sana?
memulasnya
dengan bening air matamu,
Deras
cahayanya menghanyutkan bayang-bayang rindu,
aku
memanah langit berharap ada bintang jatuh terbakar,
untuk
menyulut unggun kayu di jantungku,
lalu nafasmu
berhembus di dada,
menjaga
api tetap menyala,
bukankah
malam lebih hangat jika kau hampar di dadaku?
kita
saling memandang, saling menembus keheningan,
kau
hapus keringat di keningku,
menggantinya
dengan kecupan,
kecupan
berbentuk perahu,
berlayar
lurus menuju hatiku,
laut di
jantungku gemuruh,
ombak di
mataku meleleh,
hingga
hilang seluruh garus pantai,
dan
malam tinggal sebuah andai,
bagaimana
agar malam tak berakhir wahai sang bintang?
apakah
dengan mengikat rembulan agar tak terseret ke pinggir, agar tak menyingkir?
sebab ku
ingin merangkai hatiku di bintang itu,
untuk ku
kalungkan di dadamu,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar