Lidah orang berakal di belakang hatinya dan hati orang bodoh di belakang lidahnya.
Ketahuilah, lidah laksana binatang buas yang suatu saat bisa "membunuh".

Kamis, 20 Desember 2012

Rindu Sendu


Mataku menangis bukan karena terluka,
tapi karena kerinduan yang tak bisa tertahankan.
Perjalanan yang indah hanya bisa terkenang bersama pikiran dalam jiwa,
Jemari-jemari merambah mengukir kata bermakna
dengan hiasan tinta hitam yang membekas.
Kakipun melangkah dengan irama sendu,
mencari pengobat rindu yang berlalu bersama belenggu.
Melayang selalu beban rindu
untuk menelusuri jejaknya yang pernah bermain  bersama perasaan keindahan.
Segala bentuk sayap-sayap telah tercoba
berusaha terbang menjemput mimpi yang indah dalam pikiran orang lain,
bukan mimpi indah yang tertanam dalam hati nurani.
Sembari terbang bersama sayap-sayap kecil,
mencoba menebarkan rasa rindu disetiap sudut semesta
untuk memberi pengobat rasa yang sangat sulit untuk dihentikan.
Waktu terus berlalu,
hari terus berlari bersama rindu sendu mengejar perasaan
dalam jiwa yang tertekan gulita yang tak bernyawa.
Hanya satu yang teringinkan…
selamatkan hati ini dari kerapuhan yang mulai merasuki kepenatan.
Karena jalan pikirku telah terkontaminasi
dengan segala beban yang dijalani.
Bukan hanya satu, tapi beribu-ribu cobaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar